Sunday, April 30, 2017

My Journal: 1 Jutaan Sudah Bisa Short Trip 3 Hari 2 Malam ke Singapore

Siapa di sini yang tak suka pergi jalan-jalan? Tentunya sangat jarang untuk yang tidak menyukainya ya. Nah, buat kamu khususnya perempuan yang ingin mencoba bertraveling-ria ke luar negeri, destinasi favorit ini boleh kamu jajal. Yeap, Singapore!
Singapore dipilih kebanyakan oleh para turis terutama dari Indonesia, Malaysia, dan negara tetangga lainnya karena selain letak geografisnya yang tidak terlalu jauh yaitu karena kemudahan petunjuk dan informasi di negaranya jadi membuat kamu aman alias akan minim sekali kamu tersesat.
Seus memilih destinasi ini tentunya karena tiket promo yang sering diadakan oleh maskapai favorit para traveler siapalagi kalau bukan Airasia ya. Meski sudah sangat banyak informasi yang tersebar di internet mengenai trip ke Singapore, namun semoga sharing yang tak seberapa ini dapat membantu kalian yang hendak liburan atau sekedar meninggalkan jejak di negara orang baik seorang diri maupun dalam kelompok kecil.
And once, Singapore insyaa Allaah aman banget kok meski kamu perempuan dan berpergian seorang diri.
So, let the stories begin.
Perjalanan ini bermula di akhir bulan April 2017. Saya melakukan perjalanan ini hanya berdua dengan seorang teman dari Tasik namun menetap cukup lama di Depok. Sebutlah namanya By.
Kami membeli tiket penerbangan tersebut sekitar bulan Juli 2016 untuk penerbangan bulan April 2017. Mungkin terbesit di pikiran teman-teman, “Gileee….lama amat”. Memang sengaja kami membeli tiket untuk jadwal terbang selama itu, setidaknya untuk persiapan menabung. Lalu berapa rupiah yang kami habiskan? Baca sampai bawah ya ðŸ™‚
Tips: Tiket promo biasanya diadakan hampir setiap bulan dengan periode penerbangan berbeda-beda. Kamu bisa mengetahui informasinya dengan berlangganan info melalui email, selain itu ikuti juga akun sosial medianya.
Trik: Untuk mendapatkan tiket murah usahakan pilih di atas tanggal 20 dan hindari hari-hari libur besar. Tiket murah biasanya dengan jarak 4-8 bulan sebelum keberangkatan.
Day-1 | 25 April 2017
Meski edisinya jalan berdua, namun untuk waktu keberangkatan kami terjadwal berbeda.
Sekitar pukul 5 sore waktu Singapore, saya sudah tiba di Changi Airport. Di sini saya tidak terlalu banyak berfoto-foto karena sudah terlalu asik dengan dunia sendiri. Karena jadwal tiba saya sudah sore hari, dan masih harus menunggu travelmate yang waktu tibanya malam hari. Jadi hari pertama ini, saya hanya berkeliling kisaran Changi Airport selagi mencari keberadaan letak water tap.
Tips: Untuk kamu yang berpergian dengan hemat, sangat disarankan bawa botol air minum kosong ya. Di sudut-sudut bandara cukup banyak water tap kok, nanti boleh refill di situ. Refillnya free alias gratis alias gak perlu bayar. Tidak disarankan membawa botol air minum yang masih ada airnya, karena pasti akan ditahan di bandara. Batas maksimal cairan yang boleh dibawa ke dalam kabin pesawat hanya 100 mL. Selain itu tiap-tiap maskapai punya aturan dalam kapasitas yang boleh dibawa ke dalam kabin. Untuk Airasia batasnya 7 kg. Jadi, pastikan bawaan kamu jangan over dari 7 kg kalau tidak ingin membeli bagasi tambahan.
Setelah keluar dari imigrasi. Selanjutnya menuju konter pembelian tiket MRT. Saya jadi ingat waktu pertama kali ke sana, karena saya waktu itu bertanyanya bukan MRT melainkan STP (Singapore Tourist Pass), jadi orang-orang yang saya temui dan yang saya tanya termasuk petugas juga beberapa di antaranya tidak tahu STP, mereka lebih mengenal MRT. So, tanya aja, “Permisi madam, hoyong dibantuan abdi, di mana tempat anu meser tiket MRT nya?”

IMG_20170425_173543_HDR
Touchdown at Changi Airport

Oh iya, konter tiket MRT ini bisa kamu temukan di lantai 2 (seingat saya) tempatnya sedikit tersembunyi menurut saya. Setelah menemukan konternya, saya membeli tiket jenis STP (bukan EZ link ya) seharga SGD 30 untuk penggunaan selama 3 hari. Tiket ini harga aslinya SGD 20 untuk 3 hari. Nanti SGD 10 bisa kita dapatkan kembali kalau kita kembalikan tiket ini ke konternya, tentunya selama kartunya masih aktif, jadi dengan kata lain 10 SGD itu untuk deposit.
Untuk simcard, saya tidak membeli, karena selama masih berada di Changi Airport wifinya cukup kenceng. Cukup dengan mendaftar di www.changiairport.com  secara gratis. Tentunya ada beberapa perintah yang harus diikuti. Tidak sulit kok. Satu lagi kamu bisa downloadaplikasinya di AppStore atau PlayStore.
Alasan lain tidak membeli simcard selain untuk menghemat pengeluaran, karena ketika saya ingin membeli di Sevel, semua jenis simcard sudah habis dibeli. Antara sedih dan senang, karena selama di luar bandara lumayan sulit menemukan wifi-spot yang bebas passworddan saya masih harus menghubungi By dan kerabat saya yang tinggal di sana.
Tips: Saya tidak menggunakan penginapan selama di sana karena di sana ada kerabat yang tinggal. Untuk penginapan murah bisa kamu cari di kisaran China Town, Arab Street, atau Geylang. Harga bervariasi, untuk ukuran hostel yang murah harganya mulai sekitar SGD 30 per malam. Info penginapan bisa kamu temukan di situs agoda.com, booking.com, traveloka.com, dsb. Ingin merasakan sensasi dengan tinggal bersama penduduk lokal juga bisa kamu temukan di couchsurfing.com atau airbnb.com.
Oh iya, sembari menunggu By, saya sempatkan berkeliling ke Merlion Park. Untuk menuju ke sana, saya turun di Stasiun Raffles Place dan perjalanan dilanjutkan dengan jalan kaki sekitar 15-20 menit.
Meski Stasiun Raffles Place merupakan stasiun terdekat untuk menuju Merlion Park, butuh jalan kaki dengan menyusuri Singapore River ke arah Hotel Fullerton. Kemudian dari belakang Fullerton Hotel kita menyebrangi jalan ke arah bangunan bertuliskan One Fullerton. Patung Merlion letaknya di samping One Fullerton.
Malam hari, suasana di Merlion Park sangat ramai, dan menurut saya selalu ramai. Namun tidak mengurangi keindahan meski banyak orang-orang di sana. Setelah satu jam menunggu kedatangan By yang tak kunjung datang, perjalanan saya lanjutkan kembali ke Stasiun Raffles Place. Kemudian istirahat sejenak di taman yang berada di tengah-tengah bangunan —menurut saya—- seperti mall.
Hampir pukul 10 malam waktu Singapore, setelah berhasil bertemu dengan By, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat tinggal kerabat saya yang letaknya berada di Jurong. Kami turun di Stasiun Pioneer dan perjalanan dilanjutkan dengan bus sekitar 10 menit.
Day-2 | 26 April 2017
Hari kedua, karena lokasi kediaman kerabat tidak jauh dari NTU (Nanyang Technological University) jadi hari kedua ini kami isi dengan mengelilingi NTU (tentunya tidak seluruhnya).

IMG_20170426_103134_HDR
Taman menuju NTU
IMG_20170426_104442_HDR
NTU



IMG_20170426_104349_HDR.jpg
NTU

Kemudian perjalanan dilanjutkan kembali ke Stasiun Pioneer untuk menuju destinasi berikutnya, Chinese Garden.
Untuk menuju Chinese Garden, kami turun di Stasiun Chinese Garden. Tiket untuk masuk ke Chinese Garden ini adalah SGD 0 alias Rp 0,- alias gratis alias gak pake bayar. Di Chinese Garden ini ada 2 jenis taman, yaitu Chinese dan Japanese. Tentunya konsep taman ini sesuai namanya. Menurut saya, taman ini kurang ramai pengunjungnya, entah karena lokasinya atau memang saat itu bukan musim liburan. Taman ini berisi bangunan-bangunan dan beberapa jenis tanaman, selain itu ada beberapa jembatan.  Menurut saya, Chinese Garden cukup instagram-able untuk berfoto-foto laaah.

IMG_20170426_114149_HDR
Landscape di Chinese Garden
IMG_20170426_113528_HDR
Danau di Chinese Garden

Setelah cukup puas mengelilingi Chinese Garden, perjalanan kami lanjutkan ke Haw Par Villa. Letaknya sangat dekat dengan Stasiun Haw Par Villa, jalan kaki sekitar 5 menit. Haw Par Villa ini isinya patung-patung diorama, ada juga pagoda. Patung-patung diorama ini mengisahkan tentang penyiksaan di neraka, moral storynya cukup ‘ngena’.

IMG_20170426_124053_HDR
Pintu masuk Haw Par Villa
IMG_20170426_124145_HDR
HTM Gratis alias Gak Bayar
IMG_20170426_130741_HDR
Salah satu spot diorama di Haw Par Villa

Karena kami juga jalan-jalan mandiri, alias tidak menggunakan jasa guider jadi beberapa diorama tidak kami terlalu pahami. Mungkin lain waktu ke sana lagi, harus ada teman/orang lokal yang bisa menceritakan tentang Haw Par Villa ya.
Kemudian destinasi berikutnya adalah Henderson Wave Bridge. Yang menarik dari tempat itu, kita dapat melihat Singapore dari ketinggian kurang lebih 67 mdpl. Memang tidak seluruhnya, yang dapat kita lihat adalah sebagian Singapore. Untuk menuju Henderson Wave Bridge, caranya cukup mudah (tapi teuteup kudu ekstra tenaga), turun di Stasiun Harbour Front keluar melalui pintu exit C, lalu dilanjutkan dengan bus nomor 131 atau 145, dan turun di pemberhentian kedua setelah berbelok dari Henderson Road. Di halte pemberhentian tersebut kita akan melihat banyak anak tangga yang menuju Henderson Waves Bridge. Biasanya di sini, lumayan banyak orang yang jogging di pagi maupun sore hari. Konon, jembatan ini juga terlihat indah saat malam hari.

IMG_20170426_143101_HDR
Anak tangga menuju Henderson Bridge
IMG_20170426_145040_HDR
Touchdown here!
IMG_20170426_145549_HDR
Diambil dari ketinggian 67 mdpl

Setelah dirasa cukup pegal, kami istirahat sejenak. Kemudian melanjutkan perjalanan menuju pusat kota. Hari sudah menunjukkan waktu akhir shalat Zhuhur. Selama di Singapore, hal yang sangat terasa (dirindukan) itu adalah suara adzan, how lucky we are waktu itu kami berpergian bukan di bulan puasa. Dengan modal leaflet yang berisi beberapa spot yang dapat dikunjungi yang bisa diambil di Changi Airport, tentunya gratis ya, kami menemukan masjid terdekat dengan Stasiun Lavender, Masjid Jamae Hajjah Fatimah. Kalau dipikir-pikir, nggak jauh nggak dekat, yang jelas kalau jalan kaki ya lumayan juga. Lumayan berkeringat. Tapi, semua rasa lelah terbayar, saat tau di tempat wudlu disediakan facial wash. (Jadi ingin praktikan ini di kampus sendiri, tapi kemungkinan untuk dibawa orang kayaknya lebih besar, hihihi).
Lelah sudah terasa hilang, perjalanan kami lanjutkan ke Ang Mo Kio. Di hari kedua, selain edisi ‘jalan-jalan semau kita’, saya dan By memiliki janji untuk bertemu dengan teman CS (CouchSurfing) di mall yang letaknya persis berhadapan dengan Stasiun Ang Mo Kio.
Paragraf yang barusan sebenarnya untuk menuh-menuhin tulisan aja hehehe…
Hari semakin gelap, perjalanan kami lanjutkan ke Bugis Street untuk belanja oleh-oleh. Yeaaaay….!!!
Sebenarnya banyak tempat untuk berbelanja oleh-oleh di Singapore. Di China Town juga bisa. Di Singapore, tawar-menawar bisa dilakukan tentunya di penjual kaki lima ya, kalau di mall-mall atau swalayan pusat perbelanjaan sudah tentu harga display ya harga pas.
Mengingat kami tidak membeli bagasi untuk kepulangan, jadi kami hanya membeli seperlunya, dan yang dirasa tidak terlalu berat. Untuk oleh-oleh yang kami belanjakan sekitar SGD 25, ada gantungan kunci 1,5 pak, gunting kuku setengah pak, magnet kulkas  3 buah, dan pajangan 3 buah.
Tips: Buat kamu yang jalannya berdua-bertiga-atau dalam kelompok kecil, beli oleh-olehnya juga bisa sharing cost selain murah, variasi juga lumayan banyak. Tapi semua tergantung pada masing-masing individu ya.
Oleh-oleh sudah. Lalu, teman saya, By, mengajak kembali ke Merlion Park sebelum kami kembali ke Indonesia esok hari. And see, what we did last night….

IMG_20170426_205319_HDR
Enjoying our journey last night
IMG_20170426_211420
Ini unfaedah!
IMG_20170426_212032
Udah kekinian belum? Hihihi…..

Day-3 | 27 April 2018
Lagi-lagi, meski perjalanan ini berdua. Menurut saya, ini seperti perjalanan seorang diri. Namun di tengah perjalanan, kami (saya dan By) saling bertemu, dan kami menikmati perjalanan bersama yang singkat ini.
Pagi hari, By, sudah harus menuju bandara dikarenakan pesawat yang ditumpanginya akan berangkat jam 10 pagi waktu Singapore. Sedangkan, saya mendapati keberangkatan pada pukul 5 sore waktu Singapore. Pagi itu, setelah berpamitan dengan kerabat dan mengucapkan terima kasih, saya diantar ke terminal Jurong West dengan bus, lalu kami transit untuk sarapan. Saya memilih Tom Yam, seharga SGD 7. Porsi yang sangat besar untuk ukuran saya. Oleh kerabat, saya diajak berbelanja oleh-oleh (tentunya yang ini boleh dibayarin, awalnya nolak, tapi katanya ‘kan gak sering-sering ke sana’). Dihitung-hitung pengeluaran paman untuk jajanin saya sekitar SGD 60-70 an. Dalam hati, “berasa tajir, belanja pake dolar, hahaha….
Di Jurong West, kami berpisah. Hiks hiks ðŸ˜¦
Kemudian perjalanan saya lanjutkan seorang diri -lagi-. Tidak ingin membuang waktu, di hari ketiga ini pun, saya menghabiskan waktu sembari menunggu keberangkatan dengan berjalan-jalan sebentar sekalian menuju arah bandara. Tak terasa waktu hampir menunjukkan awal waktu shalat Zhuhur. Sekaligus menebus rasa penasaran, saya pun mampir ke Masjid Sultan. Turun di Stasiun Bugis dan berjalan kaki sekitar 10-15 menit untuk menuju ke Masjid tersebut.

IMG_20170427_135855.jpg
Area Sekitar Masjid Sultan

Di masjid ini, bagi wisatawan yang ingin masuk harus menutupi aurat dan mempunyai wudlu. Masjid ini terdiri dari 3 lantai. Untuk perempuan tempatnya ada di lantai ke-3. Satu yang membuat cukup wow, meski bukan tergolong bangunan masjid yang wah, masjid ini dilengkapi lift, memudahkan para lansia maupun jamaah perempuan yang berkebutuhan khusus, dan menurut saya, “ini paham perempuan banget deh, hehehe….”
Saat tiba di sana, masjid belum dibuka untuk umum karena belum waktunya shalat. Jadilah saya menikmati dan berkeliling sebentar sekitar masjid.

IMG_20170427_123411
Di sini namanya Kampong Glam

Saat berada di luar dan kisaran masjid, sembari duduk dan menunggu waktu shalat, seseorang menghampiri saya, seorang pria — yang menurut saya usianya sekitar 5 tahun di bawah usia ayah saya — berpakaian (maaf) agak sedikit lusuh (dan terlihat seperti seorang pengemis) cukup membuat saya kaget dan berbicara pada diri-sendiri, “semodern-modernnya Singapore, ternyata masih ada juga ya tunawisma, dan agak sedikit memaksa.”
Untungnya saat itu, seorang pria lainnya — usianya sekitar 40-an tahun —- yang jaraknya sekitar 200 meter meneriaki saya, untuk tidak memberikan apapun pada pria berpakaian lusuh itu. Pria itu berjalan ke arah kami, dia mendekati pria yang berpakaian lusuh dan berbicara padanya. Entah apa yang dibicarakannya, kemudian pria (maaf) pengemis itu pergi.
Tepat masuk waktu shalat, masjid ini boleh dimasuki. Saya pun menuju tempat wudlu. Kemudian menuju lantai 3 menggunakan lift. Setelah menunaikan shalat, saya memilih untuk rehat di dalam masjid dan sesekali membuka obrolan kepada jamaah perempuan yang ada di lantai 3. Saya bertemu dengan sepasang traveler yang berasal dari German, dari Malaysia, —dari mana lagi ya? Lupa—, kemudian kami saling mengobrol walau tidak banyak.
Waktu rehat dirasa cukup, saya melanjutkan kembali perjalanan ke bandara. Sebelum meninggalkan area masjid, saya sempatkan mampir ke toko merchandise. Saya membeli beberapa kartu pos dan stamp perangko. Ada yang menarik, di sana ternyata menjual merchandise asli dari Indonesia, mungkin kamu yang sudah pernah ke Malioboro, Yogyakarta pernah menemui atau bahkan membeli cinderamata berupa pembatas buku yang berbentuk wayang yang terbuat dari kulit kayu. Dan yang cukup membuat kaget, di sana dijual seharga SGD 10 untuk 3 pcs pembatas buku bentuk wayang tadi, terbesit dalam pikiran, “ini mah di Malioboro boleh dapat 20 pcs”. Usai berbelanja saya pun berjalan kaki meninggalkan Masjid Sultan.

IMG_20170427_141339_HDR
Wassalamu’alaykum Singapore, semoga bertamu dilain waktu. Aamiin.
IMG_20170427_141952_HDR
Perjalanan kembali menuju Changi Airport, foto diambil di kisaran Bugis Junction

Di Singapore, sebenarnya masih banyak spot yang belum dikunjungi, dikarenakan edisi jalannya ya ‘semau-maunya kita’. Rundown pun memang dibuat asal, karena tak terlalu mementingkan berapa banyaknya tempat yang sudah dikunjungi. Yang terpenting, kami menikmatinya. Sayang aja kan, kalau 3 hari dipaksa untuk ke sana-sini biar banyak spot yang checked lists tapi rasanya nggak maksimal karena diburu oleh waktu, hehehe…. Anggap aja spot-spot yang belum checked lists bisa terlaksana di lain waktu, dengan kata lain biar visit ke sana lagi. Aamiin.
Pengeluaran selama di Singapore | 3D2NBelanja Oleh-oleh untuk kerabat di Singapore = Rp 100.000,-
Tiket bus Damri (Depok – Bandara Soeta) = Rp 60.000,-
Ticket one way CGK – SIN (Airasia) = Rp 165.000,-
STP card for 3 days = SGD 20
Beli Oleh-oleh di Bugis = SGD 25
Beli Postcard + Stamp perangko = SGD 12
Ticket one way SIN – CGK (Tiger air) = Rp 442.000,-
Tiket bus Damri (Bandara Soeta – Depok) = Rp 60.000,-
Total = Rp 827.000 + (SGD 57 x Rp 9.600) = Rp 1.374.200,-
Kurs SGD to IDR = Rp 9.600,-
Tips: Akan lebih murah lagi, kalau beli tiketnya pulang-pergi. Namun kudu jeli dalam memilih tanggal. Penginapan dan makan tidak ada, karena kami tinggal dengan kerabat yang tinggal di sana. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, penginapan dan makan bisa kamu tekan dengan cari warga lokal atau warga Indonesia yang sedang tinggal di sana. Namun tetap memperhatikan etika dalam menumpang ya, misalnya membawakan makanan atau cinderamata khusus dari Indonesia sebagai oleh-oleh untuk mereka. Meski tak seberapa, mereka tetap menerimanya kok dan tentunya mereka akan merasa senang ðŸ™‚
Jadi, jalan-jalan ke luar negeri itu nggak harus mahal kan?
Satu lagi, besar-kecilnya pengeluaran tergantung gimana masing-masing individu dalam memanage ya.
Semoga bermanfaat!

Hobi nulis dan ingin naskahmu terbit? Intip aja dulu ;)

#September 13th, 2017

"I travel because the real learning process never comes from the class"   -Ana, 20++ y.o, lagi sibuk hunting...hunti...